DAPATKAN PROMO FREE ONGKIR UNTUK MIN PEMBELIAN 500RB

Salah-salahan, Pakaian VS Otak Selangkangan

“Lihat noh, dia pakaiannya terbuka mulu sih, jadi digodain banyak orang kan”

“Apa-apaan perempuan yang pakaiannya tertutup juga masih sering digodain, ini mah emang otaknya aja selangkangan!”

Jika di dunia sepak bola ada fans Real Madrid Vs fans Barcelona, di dunia kuliner ada perdebatan antara pecinta bubur diaduk dan tidak diaduk, nah ada satu lagi perdebatan yang yang tak kunjung usai, yaitu salah-salahan, pakaian vs otak selangkangan.

Perdebatan ini sangat umum terjadi di sekitar kita, baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Tentu yang menjadi pendukung tim sering menyalahkan pakaian,di dominasi oleh pria. Begitupun sebaliknya tim yang menyalahkan pandangan dan pikiran lebih di dominasi oleh perempuan.

Sebenarnya siapa sih yang salah dan siapa yang bener dari perdebatan ini? Apa yang mendasari perdebatan ini, sehingga tak pernah kunjung usai? Berikut pembahasannya.

Alasan Mengapa Perdebatan Ini Tidak Pernah Kunjung Usai

Gak mungkin perdebatan ini muncul begitu saja, pasti ada alasannya. Nah, berikut alasan mengapa perdebatan antara team menyalahkan pakaian vs team yang menyalahkan otak selangkangan ini tidak pernah kunjung usai.

Faktor lingkungan dan budaya

Perspektif dan pemikiran biasanya terbentuk dari faktor lingkungan dan budaya di sekitar kita. Namun, sayangnya budaya itu beragam, lingkungan itu juga luas jadi tidak heran kalau ada perbedaan-perbedaan yang bisa mengakibatkan perdebatan.

Ada lingkungan dan budaya yang tidak masalah menggunakan pakaian yang sedikit terbuka, ada juga lingkungan dan budaya yang terbiasa menggunakan pakaian tertutup. Nah, biasanya perdebatan ini akan muncul ketika ada salah satu orang yang belum siap berada di lingkungan atau budaya yang baru.

Baca juga: 5 Tips Kegiatan Afterplay agar Hubungan Semakin Intim

Kurangnya edukasi 

Selain faktor lingkungan dan budaya serta penyebab orang belum siap terhadap budaya baru adalah kurangnya edukasi. Kurangnya edukasi  juga menjadi faktor terjadinya perdebatan ini.

Semakin kita mendapatkan edukasi, semakin bijak juga kita dalam berbuat dan memberikan tanggapan ke orang lain. Kita juga bisa mengontrol apa yang ingin kita sampaikan, “kalo gue bilang gini, dia sakit hati gak ya?” Sehingga, hal-hal seperti perdebatan kayak gini gak akan terjadi.

Seandainya banyak orang yang sudah mendapatkan edukasi perihal perbedaan dan sikap seperti ini, Mister yakin perdebatan kayak gini tuh yaudah gak bakal terus-terusnya menjamur menjadi obrolan di tongkrongan.

Baca juga: Grooming Modus Pelecehan Baru, yang Perlu Diwaspadai!

Ego yang tinggi

Sudah belum siap dengan lingkungan dan budaya baru, edukasi nya kurang, ditambah ego yang tinggi udah deh makin panas aja perdebatannya. Kalo di media sosial atau kayak Twitter mah, perdebatan kayak gini udah pasti masuk trend tuh.

Kita sering kali lupa dan menuntut banyak hal ke orang lain, yang bukan tanggung jawab kita. Padahal secara sadar gak sadar, itu semua hanya ego sesaat yang gak ke kontrol aja.

Nah, ego yang ke kontrol inilah yang menjadi faktor perdebatan ini semakin memanas. Ego ini tentu ada di kedua tim, baik yang menyalahkan pakaian maupun tim yang menyalahkan otak selangkangan.

“Terus, yang salah siapa dong Mister?”

Yang salah itu, kayak gini:

  1. Perempuan yang benar-benar sengaja menggunakan pakaian terbuka untuk menggoda
  2. Laki-laki yang menggoda perempuan
  3. Perempuan yang tidak bisa menyesuaikan pakaiannya dalam situasi dan kondisi tertentu
  4. Laki-laki yang tidak bisa mengontrol pikirannya sehingga melakukan pelecehan seksual

“Sorry Mister, poin satu maksudnya gimana dah? Kan menggoda atau enggak itu yang tau dia doang?”

Kita ambil contoh aja yak, yang Mister maksud dari pakaian menggoda misalnya kayak kasus beberapa oknum customer ojek online, yang viral di Twitter dengan sengaja menempelkan payudaranya ke punggung driver dengan pakaian tipis. Kamu tau kan siapa yang sering buat konten sama driver? Hehe 

Nah, yang kayak gitu yang Mister maksud menggunakan pakaian untuk menggoda. Kalo udah kayak gini, yang salah pasti orang yang menggunakan pakaiannya dong?

Memang, kita juga harus menahan nafsu tapi mohon kerjasamanya lah ya. Jangan digoda-goda gitu, oke?

“Mister, saya gak terima ya ada perempuan-perempuan mulu. Maksudnya poin 3 itu gimana!?

Sabar, contohnya kayak gini, perempuan memakai bikini di mall, pakaian terbuka saat ada tamu, dan lain-lain. Jadi, penting untuk bisa mengetahui situasi dan kondisi dalam menggunakan pakaian. Jangan sampai, nanti melawan norma yang ada di masyarakat ya!

Sebenarnya, gak ada salahnya untuk perempuan menjaga. Karena menjaga bukan berarti tertutup, melainkan aman dan bisa menempatkan diri ketika mengenakan pakaian tersebut.

Dan laki-laki wajib mengontrol pikirannya, ini udah wajib bukan ada embel-embel “sebenarnya”. Mengontrol berarti, “Wih sexy, yaudah”, “Wih lucu pakaiannya, yaudah” komentar boleh tapi dalam hati, jangan bikin risih apalagi sampai ngelakuin pelecehan!

Kalo kamu mau memberikan komentar ke temen kamu karena pakaiannya terlalu terbuka di tempat yang gak sesuai, ambil momen berdua sampaikan secara baik-baik. Jangan menyalahkan, jangan mempermalukan.

Misalnya dalam kondisi, acara keagamaan di rumah sahabat kamu, tapi kamu lihat ada yang pakaiannya terlalu tipis sehingga nyeplak. Kamu harus sampaikan dengan perlahan dan sopan.

“Chik, maaf mau ngomong deh. Sorry, kayaknya pakaian lu terlalu tipis deh nyeplak banget dari belakang. Gak enak sama yang lain, mau pake jacket gue gak?”

Kurang lebih gitu lah ya, pelan, sopan, kasih solusi. Contoh ini perlu dilakukan apabila memang kondisi dan situasinya kurang pas lho ya! Jangan lupa, “yaudah”.

Kita bisa ngeliat orang dalam bentuk berbeda beda, kita bisa menerima berbagai pakaian terbuka. Tapi balik lagi, apapun yang kita terima yang menentukan itu diri kita sendiri, bagaimana cara kita merespon dan memberikan reaksi.

Jadi gak usah perlu diperdebatkan, kamu hanya perlu banyak belajar. Karena budaya itu beragam dan lingkungan itu luas. Saling menghargai dan jangan mudah menyimpulkan.